kita bisa membaca sajak bugenvil yang dikirim oleh kemarau,
pada jejak kaki kucing yang tercetak di beranda,
pada pikiran-pikiran di kepala kita
atau bahkan
pada prasangka-prasangka dalam dada
Bukankah membaca tak melulu mengeja kata-kata?
seperti halnya belajar, tak harus duduk di dalam kelas,
melipat tangan di atas meja dan menghafal catatan-catatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir, :)