Potongan-potongan
kenangan itu sudah kukirim kepadamu
Kualamatkan
di nomor delapan nol sembilan nol
Hati-hati
saat membukanya kelak jika sampai
Karena
aku mengikatnya dengan ilalang
Di
sana kuselipkan sedikit kisah, barangkali kau lupa
di
pegunungan kapur di perbatasan kota itu,
kau
pernah memahat nama kita, dulu
pada
tangga-tangga Goa Gong yang sunyi,
juga
di antara rancak gamelan batu-batu Goa Tabuhan
kau
pernah membaca geguritan yang kutuliskan
Percayalah,
sebelum waktu berlalu
aku
pernah lama menunggu,
untuk
pertemuan yang kita sepakati
di
jembatan melengkung di atas sungai Grindulu
mengenangnya,
kenapa begitu perih,
tapi,
adakah
yang lebih perih daripada hanya bisa mencarimu
pada
bait-bait sajakku?
*pernah dimuat di Radar Surabaya
membayangkan geguritan yang menggema, memantul dari goa-goa Tabuhan .....sepi, senyap namun lantang
BalasHapusIya, Mbak Dwi 😊 Makasih sudah mampir ya
Hapus